LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GERONTIK
“Dermatitis”
DI BPPLU PAGAR DEWA PROVINSI BENGKULU

OLEH :
Rudianto, S. Kep
PEMBIMBING
AKADEMIK
PEMBIMBING KLINIK
(Ns. Ida
Rahmawati. S.kep ) (Januar
Tahmidi, SKM)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI
MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2015
LAPORAN
PENDAHULUAN
A. Definisi
Dermatitis adalah
peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respons terhadap pengaruh
factor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
eflorensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi )
dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis . (NANDA
NIC-NOC. 2015)
B. Etiologi
Penyebab dermatitis
dapat berasal dari luar ( eksogen ), misalnya bahan kimia ( contoh : detergen,
asam, basa, oli, semen ), fisik ( contoh : sinar, suhu ), mikroorganisme (
bakteri, jamur ): dapat pula dari dalam ( endogen ), misalnya dermatitis
atopik. (NANDA NIC-NOC. 2015)
C. Klasifikasi
dermatitis ;
1. Dermatitis
kontak
Peradangan dikulit karena kontak dengan sesuatu yang
dianggap asing oleh tubuh. Terbagi menjadi 2 ; alergi dan iritan
2. Dermatitis
atopic
Peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak.
3. Neurodermatitis
sirkumskripta
4. Dermatitis
numularis
5. Dematitis
statis
(NANDA NIC-NOC. 2015)
D. Manifestasi
klinis
1. Dermatitis
kontak
a. Lesi
kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kotak.
b. Untuk
drmatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48 jam, bahkan sampai
72 jam.
c. Untuk
dermatits kontak eritan, gejala terbagi dua menjadi akut dan kronis. Saat akut
dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai terasa perih
bahkan lecet. Saat kronis gejala dimulai dengan kulit yang mengering dan
sedikit meradang yang akhirnya menjadi menebal.
d. Pada
kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit
terasa gatal bahkan terasa terbakar.
f. Dermatitis
kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa dibandingkan dengan tipe
alergi.
2. Dermatitis
atopic (DA)
Ada 3 fase klinis DA yaitu ;
a. DA
infantil (2 bulan-2 tahun)
DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan
yaitu pada bulan kedua. Lesi mula-mula tampak didaerah muka (dahi, pipi) berupa
eritema, papul-vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan
akhirnya terbentuk krusta. Lesi bisa meluas ke kepala, leher pergelangan tangan
dan tungkal. Bila anak mulai merangkak, lesi bisa ditemukan didaerah ekstensor
ekstremitas. Sebagian besar penderita sembuh setelah dua tahun dan sebagian
lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA
anak (2-10 tahun)
Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantil ataupun
timbul sendiri (denovo). Lokasi lesi di lipatan siku/lutut, bagian fleksor
pergelangan tangan, kelopak mata dan leher. Ruam berupa papul likenifikasi,
sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan mingkin infeksi sekunder. DA berat
yang lebih dari 50% permukaan tubuh yang dapat menggangu pertumbuhan.
c. DA
pada remaja dan dewasa
Lokasi lesi pada remaja adalah dilipatan siku/lutut,
samping leher, dahi, sekitar mata. Pada dewasa, distribusi lesi yang kurang
karateristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula
berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah, bersisik), pulva, puting
susu atau skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah didaerah lipatan,
mengalami likenifikasi. Lesi kering agak menimbul, papul datar cenderung
berkonfluensa menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati
ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi.
Umumnya DA remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian cendrung membaik setelah
usia 30 tahun, jarang samapai usia pertengahan dan sebagian kecil sampai tua.
3. Neurodermatitis
sirkumskripta
a. Kulit
yang sangat gatal
b. Muncul
tunggal didaerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau mata kaki,
kadang muncul pada alat kelamin.
c. Rasa
gatal sering hilang timbul, sering timbul pada saat santai atau sedang tidur,
akan berkurang pada saat beraktifitas. Rasa gatal yang digaruk akan menambah
berat rasa gatal tersebut.
d. Terjadi
perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisik akibat garukan atau
penggosokan dan sudah terjadi bertahun-tahun.
4. Dermatitis
numularis
a. Gatal
yang kadang sangat hebat, sehingga dapat mengganggu.
b. Lesi
akut berupa vesikel dan papulovesikal (0,3-1,0 cm), kemudian membesar dengan
cara berkonfluensa atau meluas kesamping, membentuk satu lesi karateristik
seperti uang logam (coin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas.
c. Lambat
laun vesikel pecah terjadi eksudasin kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan.
d. Ukuran
lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi dapat hanya satu,
dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran
bervariasi dari miliar sampai numular, bahkan plakat.
e. Tempat
predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan, lengan, termasuk punggung
tangan.
5. Dermatitis
statis
a. Bercak-bercak
berwarna merah yang bersisik
b. Bintik-bintik
berwarna merah dan bersisik
c. Barok
atau bisul pada kulit
d. Kulit
yang tipis pada tangan dan kaki
e. Luka
(lesi) kulit
f. Pembengkakan
pada tungkai kaki
g. Rasa
gatal disekitar daerah yang terkena
h. Rasa
kesemutan pada daerah yang terkena
(NANDA NIC-NOC. 2015)
E. Pemeriksaan
penunjang
1. Percobaan
asetikolin (suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
2. Percobaan
histamin hostat disuntikkan pada lesi
3. Pric
Pemeriksaan
laboratorium
1. Darah
: Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
2. Urin
: pemeriksaan histopatologi.
(NANDA NIC-NOC. 2015).
F. Penatalaksanaan
1. Dermatitis
kontak
a. Hindari
kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak
b. Pada
tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera mungkin.intermiten
c. Jika
sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat
anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
e. Kortikosteroid
dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai dengan tingkat
keparahannya.
2. Dermatitis
atopic
a. Menghindar
dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan-bahan berbulu.
b. Hindari
kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim hidrofolik urea 10% atau
pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%.
c. Kortikosteroid
topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginos dan daerah
genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan dewasa.
Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk
mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah,
diberi selang-seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul
riebound phenomen.
d. Antihistamin
topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi
pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat
mengurangi gatal tanpa sinsitisasi, tapi pemakaian pada area luas akan
menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian
antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan kolonis. Aureus pada
kulit penderita DA. Dapat diberi eritromesin, asitromisin atau kaltromisin.
Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10 hari
atau 4 x 200 mg/hari untuk 10 hari.
3. Neurodermatitis
sirkumskripta
a. Pemberian
kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi reaksi
inflamasi yang menimbulkan rasa gatal, pemberian steroid topical juga membantu
mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid topical mid-potent diberikan pada
reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis
(vulva, scrotum, axilla dan wajah), pada pengobatan jangka panjang digunakan
steroid yang lowpoten, pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari
3 minggu pada kulit.
b. Anti-depresan
atau Anti-anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu pertimbangan
untuk pemberiannya.
c. Jika
terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun
oral.
d. Perlu
diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan prilaku yang dapat mencegah gatal
dan garukan.
4. Dermatitis
numularis
a. Bila
kulit kering diberi pelembab atau emolien
b. Secara
topical lesi dapat diobati dengan obat
antiinflamasi, misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus.
c. Bila
lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1;10.000
d. Kalau
ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
e. Kortikosteroid
sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter, dalam jangka
pendek.
f. Pruritas
dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya hidroksisilin HCI>
5. Dermatitis
statis
a. Cahaya
berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi
vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi
kompresi
(NANDA NIC-NOC. 2015)
G. Masalah
yang lasim muncul
1. Kerusakan
integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
2. Nyeri
akut b.d lesi kulit
3. Resiko
infeksi b.d lesi bercak-bercak merah pada kulit.
(NANDA NIC-NOC. 2015)
H. Discharge
planning
1. Gunakan
kosmetik hipoalergen
2. Setelah
mandi keringkan kulit dengan menepuk-nepuk bukan menggosok
3. Gunakan
mild soap atau pengganti sabun
4. Jangan
mandi terlalu lama karena akan membuat menjadi kering
5. Kenakan
pelembab
6. Hindari
penggunaan wool atau pemaparan terhadap iritan seperti ditergen dan gunakan
ditergen yang tidak mengandung bahan pemutih.
7. Jangan
menggaruk atau menggosok kulit
8. Penderita
yang sedang menggunakan salep kortikosteroid atau krim sebaiknya hanya
mengoleskan pada bagian kulit yang membutuhkan lalu dipijat secara perlahan.(NANDA
NIC-NOC. 2015
A.
Asuhan Keperawatan Teoritis
1.
Pengkajianteoritis
Meliputi, namapanti/BPPLU, alamatpanti, tanggalmasuk, tanggalPengkajiandannomor register.
2. Identitas
Klien
Meliputi identitas pasien yaitu
namalansia,umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,suku, pendidikan, alamat, lama tinggal di panti, sumberpendapatan
dan identitas penanggung jawab.
3. Alasan
kunjungan ke Panti
4. Riwayat
kesehatan
· Masalah
kesehatan dahulu
Apakah
pasien pernah menderita penyakit gastritis pada masa anak-anak dan apakah
pasien pernah dirawat di rumah sakit.
· Masalah
Kesehatan sekarang
Pasien mengeluh nyeri ulu hati, mual atau muntah
· Masalah
kesehatan keluarga/keturunan
Mungkinkah
pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien sekarang ini.
5. Status Fisiologis
1. Pola
kebiasaan sehari-hari
Aktivitas terganggu
karena kelemahan fisik yang dialami pasien.
2. Pemeriksaan
fisik
§ Pada
waktu melakukan inspeksi keadaan umum pasien lemah.
§ Pada
waktu Palpasi adanya nyeri ulu hati atau nyeri tekan abdomen.
3. Aktivitas/istirahat
Gejala : Malaise
4. Sirkulasi
Tanda : Takikardia
5. Eliminasi
Gejala : Konstipasi
pada awitan awal
Tanda : Distensi
abdomen, nyeri ulu hati, nyeri tekan abdomen
6. Makan/cairan
Gejala : Anoreksia
Tanda : Mual/muntah
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri
abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan
terkontaminasi pada Mc. Burney.
Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tidak
jelas
Tanda : Perilaku
berhati-hati, meningkatkan nyeri pada kuadran kanan karena posisi ektensi kaki
kanan/posisi duduk tegak.
8. Keamanan
Tanda : Demam
(biasanya rendah)
9. Pernafasan
Tanda : Takipnea,
pernafasan dangkal
10. Penyuluhan
dan pembelajaran
Gejala : Riwayat
kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen
No
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan dan
kriteria hasil
|
Intervensi
|
1
|
Kerusakan
integritas kulit
Definisi : perubahan / gangguan epidermis dan / atau
dermis
Batasan
karateristik :
·
Kerusakan lapisan
kulit (dermis)
·
gangguan
permukaan kulit (epidermis)
.
invasi struktur tubuh
Faktor yang berhubungan :
·
eksternal
·
zat kimia,
radiasi
·
usia yang
ekstrim
·
kelembaban
·
hipertermia,
hipotermia
·
faktor mekanik
(mis. Gaya gunting
·
medikasi
·
lembab
·
imobilitasi
fisik
·
internal
·
perubahan
status cairan
·
perubahan
pigmentasi
·
perubahan
turgor
·
factor
perkembangan
·
Kondisi ketidak
seimbangan nutrisi (mis:,obesitas, emasiasi)
·
penurunan emunologis
·
penurunan
sirkulasi
·
kondisi
gangguan metaboli
·
Gangguan
sensasi
·
Tonjolan tulang
|
NOC
v
tissue
integrity : skin and mucous membranes
v
hemodyalis
akses
kriteria
hasil :
v
integritas
kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
v
tidak ada
luka/lesi pada kulit
v
perpusi
jaringan baik
v
menunjukkan
pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang
v
mampu
melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
|
NIC
Pressure management
·
anjurkan pasien
untuk menggunakan pakaian yang longgar
·
hindari kerutan
pada tempat tidur
·
jaga kebersihan
kulit agar tetap bersih dan kering
·
mobilisasi
pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
·
monitor kulit
akan adanya kemerahan
·
oleskan lotion
atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
·
monitor status
nutrisi pasien
·
memandikan
pasien dengan sabun dan air hangat
insision
site care
·
membersihkan,
mementau dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka yang ditutup dengan
jahitan, klip atau straples
·
monitor proses
kesembuhan area insisi
·
monitor tanda
dan gejala infeksi pada area insisi
·
bersihkan area
sekitar jahitan atau staples, menggunakan preparat antiseptic, sesuai program
·
ganti balutan
pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka sesuai
program
|
02
|
Nyeri akut
Definisi : pengalaman sesnsori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan yang sedemikian rupa (international Association for the
study of pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di prediksi dan
berlangsung <6 bulan
Batasan karateristik
·
Perubahan
selera makan
·
Perubahan
tekanan darah
·
Perubahan
prekwensi jantung
·
Perubahan
prekwensi Pernafasan
·
Laporan isyarat
·
Diaforesis
·
Prilaku
distraksi ( mis: berjalan mondar-mandir mencari orang lain dan atau aktivitas
lain, aktivitas yang berulang)
·
Mengekspresikan
prilaku (mis: gelisa, merengek, menangis)
·
Masker wajah
(mis: mata kurang bercahaya,tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap
pada suatu focus meringis)
·
Sikap
melindungi area nyeri
·
Focus menyempit
(mis: gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir, penurunan intraksi
dengan orang dan lingungan)
·
Indikasi nyeri
yang dapat di amati
·
Perubahan
posisi untuk mengurangi neri
·
Sikap tubuh
melindungi
·
Dilatasi pupil
·
Melaporkan
nyeri secara verbal
·
Gangguan tidur
Faktor
yang berhubungan
·
Agen cedera
(mis: biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
|
NOC
v
Pain level
v
Pain control
v
Comport level
Keriteria hasil
v
Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
v
Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
v
Mampu mengenali
nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
v
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
|
NIC
Pain manajemen
·
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karateristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
·
Observasi
reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
·
Gunakan tekhnik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
·
Kaji kultur
yang mempengaruhi respon nyeri
·
Evaluasi
pengalaman nyeri masa lampau
·
Evaluasi
bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan kontrol nyeri
masa lampau
·
Bantu pasien
dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
·
Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
·
Kurangi factor
presipitasi nyeri
·
Pilih dan
lakukan penanganan nyeri (farmakologo, non farmakologi dan interpersonal)
·
Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk menentukan intervensi
·
Ajarkan tentang
telhnik non farmakologi
·
Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri
·
Evaluasi
keefektifan kontrol nyeri
·
Tingkat
istirahat
·
Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan tidak berhaasil
·
Monitor
peneriman pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic
Administration
·
Tentukan
lokasi, karateristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
·
Cek instruksi
dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
·
Cek riwayat
alergi
·
Pilih analgesik
yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari
satu
·
Tentukan
pilihan analgesik tergantung tipe dan berat nyeri
·
Pilih rute
pemberia secra IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
·
Berikan
analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
·
Evaluasi
efektivitas analgesik, tanda dan gejala
|
03
|
Resiko infeksi
Definisi : mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
Factor-factor resiko :
·
Penyakit kronis
-
DM
-
Obesitas
·
Pengetahuan
yang tidak cukup untuk menghindari pemanjaan patogen
·
Pertahanan
tubuh primer yang tidak adekuat
-
Gangguan
paritalsi
-
Kerusakan
integritas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasif)
-
Perubahan
sekresi pH
-
Penuruna kerja
siliaris
-
Meroko
-
Stasis cairan
tubuh
-
Trauma jaringan
(mis : trauma distruksi jaringan)
·
Ketidak
adekuatan pertahanan sekunder
-
Penurunan
hemoglobin
-
Imunosupresi
(mis; imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutikal termasuk
imunosupresan, steroid, antibodi monoklonal, imunomudulator)
-
Supresi respon
inflamasi
·
Vaksinasi tidak
adekuat
·
Pemajanan
terhadap patogen
-
Wabah
·
Prosedur
invansip
·
mainnutrisi
|
NOC
v
Immune status
v
Knowledge :
infection control
v
Risk control
Kriteria hasil
v
Klien bebas
dari tanda dan gejala infeksi
v
Mendiskripsikan
proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya
v
Menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
v
Jumlah leukosit
dalam batas normal
v
Menunjukkan
prilaku hidup sehat
|
NIC
Infection control ( kontol infeksi)
·
Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien lain
·
Pertahankan
tekhnik isolasi
·
Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci tangan
·
Cuci tangan
setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
·
Gunakan bajau
sarung tangan sebagai alat pelindung
·
Pertahankan
linkungan aseptik selama pemasangan alat
·
Ganti letak IV
perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
·
Gunakan kateter
intermitrn untuk menurunkan infeksi kendung kencing
·
Tingkatkan
intake nutrisi
·
Berikan terapi antibiotik
bila perlu infection protection (proteksi terhadp infeksi)
·
Instruksikan
pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
·
Ajarkan pasien
tanda dan gejala infeksi
·
Ajarkan cara
menghindari infeksi
·
Laporkan
kecurigaan infeksi
·
Laporkan kultur
positif
|
DAFTAR PUSTAKA
Amin huda Nurarief & hardi
kusuma ,2015 Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan Diagnosa medis dan Nanda
Nic-Noc edisi revisi Jilid 2 jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar